HumasTGD - Di Indonesia, franchise termasuk model bisnis yang tingkat keberhasilannya cukup tinggi. Bahkan pada 2024 ini, data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan pertumbuhan waralaba Indonesia meningkat sebesar 5% dari tahun sebelumnya. Lantas, apakah tertarik untuk mempraktikkan model bisnis ini dan mengapa disebut Franchise? Apakah itu franchise?
Bisnis franchise adalah model bisnis di mana pemilik merek (franchisor) memberikan hak kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) untuk menjalankan bisnis menggunakan merek, produk, dan sistem operasional yang telah teruji. Dengan sistem ini, franchisee dapat memanfaatkan reputasi dan pengalaman franchisor, yang memungkinkan mereka memulai usaha dengan risiko yang lebih rendah. Inilah mengapa, franchise digadang-gadang sebagai model bisnis yang cocok bagi para pemula.
Di sisi lain, para franchisor dapat memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan pangsa pasar tanpa memerlukan investasi yang besar. Pihak yang Terlibat dalam Franchise Dalam model bisnis waralaba, terdapat beberapa pihak yang terlibat. Tentu, masing-masing memiliki peran dan tanggung jawabnya sendiri. Siapa yang tak kenal Fore Coffee? Brand kopi lokal ini tampaknya sudah sangat familiar di kalangan pekerja, mulai dari level karyawan hingga top level management. Fore merupakan salah satu bisnis yang menerapkan sistem franchise.
Franchise menjadi salah satu model bisnis yang semakin populer di kalangan pengusaha Indonesia. Bagaimana sistemnya? Berikut adalah pihak-pihak utama yang terlibat dalam sistem franchise:
1. Franchisor
Franchisor adalah pemilik merek dan model bisnis. Mereka mengembangkan sistem operasional dan memberikan hak kepada franchisee untuk menggunakan merek dan menjalankan bisnis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Lebih dari itu, franchisor bertanggung jawab untuk menyediakan pelatihan, dukungan, dan pemasaran untuk membantu franchisee berkembang dan sukses.
Apa keuntungan yang diperoleh Franchisor? Ekspansi Cepat, yaitu Franchisor dapat memperluas jangkauan pasar dan membuka gerai baru tanpa harus mengeluarkan modal besar untuk setiap lokasi. Sebab, ada franchisee yang menanggung biaya pembukaan dan operasional. Selanjutnya Pendapatan Berkelanjutan, yaitu Franchisor mendapatkan royalti dari pendapatan yang dihasilkan oleh franchisee. Hal ini membuat aliran pendapatan menjadi lebih stabil.
Lalu keuntungan yang diperoleh adalah meningkatkan Brand Awareness, yaitu setiap gerai baru yang dibuka oleh franchisee membantu meningkatkan visibilitas dan reputasi merek secara keseluruhan. Berikutnya Inovasi dan Feedback, yaitu Franchisor mendapatkan masukan langsung dari franchisee tentang operasi di lapangan, yang bisa digunakan untuk inovasi dan peningkatan sistem di kemudian hari.
2. Franchisee
Franchisee adalah individu atau entitas yang membeli hak untuk menjalankan bisnis menggunakan brand dan sistem yang disediakan oleh franchisor. Tim yang ada di dalamnya perlu berperan aktif dalam menjalankan operasional sehari-hari dari gerai waralaba. Ini termasuk pengelolaan keuangan, staf, dan customer service. Franchisee juga wajib membayar biaya awal dan royalti kepada franchisor.
Bagaimana dengan Franchisee, keuntungan apa yang diperoleh? Bagaimana dengan Franchisee, keuntungan-keuntungan apa sajakah yang diperoleh Franchisee? Keuntungan yang diperoleh antara lain adalah akses ke Merek Terkenal, yaitu Franchisee memiliki hak untuk mengoperasikan merek yang sudah populer dan akrab di telinga konsumen. Alhasil, franchisee dapat menarik pelanggan tanpa perlu membangun reputasi dari nol.
Selanjutnya sistem Operasional yang Teruji Di sistem ini, yaitu kemungkinan bisa skip langkah untuk trial and error, atau A/B testing dalm hal operasional. Mengingat, franchisor sudah menyediakan model bisnis yang terbukti sukses, lengkap dengan panduan dan prosedur yang jelas. Lalu memperoleh dukungan dan Pelatihan, yaitu dengan dukungan dari franchisor, franchisee memperoleh pelatihan yang komprehensif. Bimbingan ini memberikan kepercayaan diri bagi franchisee dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul dalam menjalankan usaha mereka.
Keuntungan berikutnya yang diperoleh adalah peluang Jaringan, yaitu bergabung dengan jaringan franchise membuka pintu bagi franchisee untuk terhubung dengan komunitas pemilik bisnis lainnya. Ini bukan hanya tentang menjalankan bisnis sendiri; franchisee bisa saling berbagi ide, pengalaman, dan strategi operasional maupun pemasaran.
3. Pemasok / Supplier
Bagi yang gemar memesan makanan atau minuman secara online, mungkin tak jarang menemukan review pelanggan brand franchise yang seperti ini, Mie Gacoan; Beda cabang beda rasa ternyata. Nah, salah satu penyebabnya adalah supplier yang berbeda. Inilah mengapa, pemasok dalam bisnis franchise biasanya direkomendasikan oleh franchisor. Tujuannya supaya kualitas dan konsistensi produk di seluruh jaringan franchise bisa tetap terjaga.
Apa saja keuntungan yang diperoleh Pemasok? Keuntungan untuk Pemasok adanya konsistensi permintaan, Pemasok dapat mengandalkan permintaan yang stabil dari jaringan franchise, karena franchisee biasanya membeli bahan baku dalam jumlah besar. Selanjutnya hubungan Jangka Panjang, yaitu terjalinnya hubungan yang lebih intim antara franchisor dan franchisee, yang mengarah pada kontrak jangka panjang.
4. Regulator
Regulator merupakan lembaga pemerintah yang mengawasi dan mengatur industri franchise. Dalam hal ini, Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) adalah salah satunya. Tim regulator bertugas untuk memastikan bahwa perjanjian franchise yang dibuat telah mematuhi hukum dan regulasi yang berlaku, serta melindungi hak-hak konsumen dan franchisee.
Apa-apa sajakah keuntungan Regulator? Keuntungan untuk Regulator adalah pengaturan pasar, dengan adanya sistem franchise yang teratur, regulator dapat mengawasi praktik bisnis dan memastikan perlindungan bagi konsumen dan franchisee. Keuntungan berikutnya adalah stabilitas ekonomi, Franchise dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja dan mendukung sektor usaha kecil
Ada hubungan kerja sama yang terstruktur antara franchisor dan franchisee dalam sebuah sistem. Berikut penjelasan tentang sistem franchisee:
1. Hak Usaha dan Merek
Dengan sistem ini, franchisee tak perlu pusing membangun brand dari nol. Mereka langsung mendapat lisensi untuk menggunakan brand, produk, dan model bisnis yang sudah mapan. Menjalankan bisnis pun jadi lebih
2. Royalti dan Biaya Awal
Franchisee biasanya harus membayar biaya awal atau fee kepada franchisor untuk mendapatkan hak eksklusif menggunakan merek dan sistem bisnis. Setelah itu, franchisee juga perlu menyetor royalti secara berkala, yang biasanya dihitung sebagai persentase dari penjualan atau pendapatan. Jadi, meski mereka menjalankan bisnis sendiri, tetap ada komitmen finansial yang terus berjalan seiring operasional bisnis.
3. Training and Development
Tak perlu khawatir soal SDM, sebab franchisor (terlebih yang berskala besar) umumnya menyediakan pelatihan awal serta dukungan operasional yang lengkap untuk franchisee. Mulai dari manajemen, pemasaran, keuangan, hingga operasional sehari-hari. Semua diajarkan agar franchisee bisa menjalankan bisnis dengan standar yang sama. Dengan adanya dukungan ini, franchisee tidak perlu khawatir memulai dari nol, karena sudah ada panduan jelas yang bisa diikuti.
4. Kontrol Kualitas dan Standar Operasional
Franchisor tetap memegang kendali atas standar operasional, kualitas produk, dan layanan yang dijalankan oleh franchisee. Ini penting untuk make sure semua cabang memberikan pengalaman yang sama bagi pelanggan. Jenis Franchise Dilansir dari Majalah Forbes, terdapat 5 jenis franchise, yaitu:
1. Job Franchise
Job franchise adalah jenis waralaba yang membutuhkan investasi awal dengan jumlah relatif rendah, dan umumnya beroperasi dari rumah atau dengan skala yang lebih kecil. Franchisee biasanya membeli peralatan atau alat untuk menawarkan layanan tertentu yang sudah memiliki pasar. Contoh: Bisnis cuci mobil tanpa air (waterless car wash), layanan kebersihan rumah, atau perawatan hewan peliharaan.
2. Investment Franchise
Bagi franchisee yang memiliki modal besar dan siap berinvestasi dalam bisnis yang memerlukan infrastruktur atau fasilitas, jenis ini bisa menjadi pilihan. Umumnya, waralaba ini melibatkan manajemen kompleks dan tim operasional yang lebih besar. Contoh: Bisnis hotel seperti Hilton atau Marriott, serta restoran besar seperti Pizza Hut. Franchise SPBU seperti Pertamina juga bisa menjadi contoh dalam kategori ini.
3. Distribution Franchise
Distribution franchise berfokus pada distribusi produk yang diproduksi oleh franchisor. Dalam hal ini, franchisee berperan sebagai agen distribusi atau penyalur produk dengan menggunakan nama merek franchisor, tetapi tidak memproduksi sendiri barang tersebut. Contoh: Franchise distributor bahan bangunan seperti TOTO, yang menjual produk-produk sanitasi.
4. Business Format
Franchise Business format franchise menjadi jenis franchise yang paling lengkap dan paling banyak dipakai. Kenapa? Karena dalam model ini, franchisee tidak hanya memakai produk dari franchisor, tapi juga seluruh sistem operasional, branding, strategi pemasaran, dan manajemen yang sudah terbukti berhasil. Jadi, franchisee tidak berjalan sendirian, franchisor terus memberikan pelatihan, dukungan, hingga bimbingan berkala. Contohnya seperti McDonald atau KFC. Setiap outlet wajib mengikuti standar tinggi dalam hal pelayanan, kualitas makanan, hingga tampilan restoran.
5. Conversion Franchise
Alih-alih membangun bisnis dari awal, beberapa franchisor menawarkan kesempatan pada bisnis yang sudah ada untuk bergabung dalam jaringan mereka. Dengan demikian, bisnis yang sudah berjalan dapat menggunakan merek serta sistem yang lebih besar untuk meningkatkan jangkauan pasar. Contoh: Agen properti seperti Century 21 yang mengonversi agen independen menjadi bagian dari jaringan mereka.
Kelebihan dan Kekurangan Franchise
Sebelum memutuskan untuk franchise, cek apa saja kelebihan dan kekurangannya, apa-apa sajakah?
Kelebihan Franchise
1. Ekspansi Cepat dengan Modal Rendah
Franchisor dapat memperluas bisnisnya dengan cepat tanpa harus mengeluarkan modal besar untuk setiap gerai. Dengan menjual hak franchise, modal utama berasal dari franchisee yang ingin membuka lokasi baru.
2. Brand Recognition yang Kuat
Mengenalkan brand dari awal sangatlah challenging dan membutuhkan waktu. Namun, ini tak berlaku jika berbisnis franchise. Sebab, umumnya konsumen sudah familiar dengan produk atau layanan yang ditawarkan. Ini mempermudah proses pemasaran dan menarik pelanggan dengan lebih cepat.
3. Formula Bisnis Siap Pakai
Franchisee tidak perlu merancang sistem bisnis sendiri karena mereka mendapatkan panduan operasional yang telah terbukti berhasil. Hal ini bisa meminimalisir risiko kegagalan dan kerugian.
Kekurangan Franchise
1. Biaya Awal yang Tinggi
Meskipun franchisee mendapatkan akses ke bisnis yang sudah mapan, biaya awal untuk membeli franchise bisa sangat mahal. Selain itu, franchisee harus membayar royalti dan biaya pemasaran secara berkala kepada franchisor.
2. Keterbatasan Kreativitas
Franchisee harus mengikuti aturan dan pedoman yang ditetapkan oleh franchisor, sehingga kreativitas dan fleksibilitas dalam menjalankan bisnis sering kali terbatas. Pada sistem ini, Anda tidak bisa melakukan inovasi dan modifikasi produk atau layanan sembarangan.
3. Ketergantungan pada Franchisor
Franchisee sangat bergantung pada franchisor dalam hal pasokan bahan, strategi pemasaran, dan panduan bisnis. Jika franchisor mengalami masalah, artinya franchisee juga bisa terdampak. Di Indonesia, contohnya adalah KFC. Supplier bahan baku mereka seperti ayam dan bahan makanan lainnya sangat bergantung pada franchisor. Jika terjadi masalah pada rantai pasokan franchisor, misalnya gangguan dalam distribusi atau penurunan kualitas bahan, maka franchisee akan mengalami kesulitan dalam menjalankan operasional sehari-hari.
4. Potensi Konflik
Hubungan antara franchisor dan franchisee dapat menimbulkan konflik, terutama jika ada perbedaan pandangan mengenai standar operasional, biaya, atau dukungan yang diberikan. Untuk mencegahnya, perlu ada penyusunan kontrak yang terperinci agar hak dan kewajiban kedua belah pihak dipahami dengan baik. Namun ketika konflik sudah muncul, langkah pertama untuk menyiasatinya ialah dengan mendengarkan dan memahami perspektif semua pihak yang terlibat. Negosiasi terbuka dapat membantu mencari solusi bersama, sementara mediasi oleh pihak ketiga yang netral bisa menjadi pilihan jika diperlukan.
5. Risiko Reputasi
Kegagalan atau masalah di salah satu gerai franchise dapat merusak reputasi seluruh jaringan franchise. Franchisee bisa terkena dampak negatif dari kesalahan yang dilakukan oleh franchisee lain, meskipun mereka sendiri menjalankan bisnis dengan baik.
Berikut contoh franchise di Indonesia berdasarkan sektor usahanya: Food and Beverage : McDonalds, KFC Dunkin Donuts, Es Teler 77, Bakmi GM Chatime, Jajanan Shihlin, dan Taiwan Street Snacks. Retail : Alfamart, Indomaret, Circle K, Lawson dan Bright Store (Pertamina) Kesehatan dan Kecantikan : Natasha Skin Clinic Larissa Aesthetic Center, Gaya Spa Wellness, Erha Clinic, dan Martha Tilaar Salon Day Spa
Pendidikan : Kumon, Bimba AIUEO, Ganesha Operation, English First (EF) dan Neutron Jasa Pengiriman JNE, TIKI, J&T Express, dan Si Cepat Ninja Xpress. Laundry : Simply Fresh Laundry, Kilo Laundry, Quick Clean, Laundry Klin, dan Clean lite Laundry Properti : Ray White, ERA Indonesia, Century 21, Harcourts, dan Remax, Otomotif : Auto Bridal Superwash, Dokter Mobil, Bengkel BOS, dan TOP 1 Indonesia Hiburan dan Rekreasi : Timezone, Amazon, Funworld, KidZania, Pandora danExperience
Sebagai model bisnis yang terus berkembang, franchise menawarkan berbagai keuntungan bagi semua pihak yang terlibat. Jika mempertimbangkan untuk bergabung dengan dunia franchise, penting untuk melakukan riset menyeluruh dan memahami semua aspek dari model bisnis ini dapat mempelajarinya bersama para expert di Ruang Kerja.